Seorang Martir Pertama Asal Toraja JOESOEP TAPPI’
YOSEP TAPPI’ Martir Pertama Asal Toraja
Joesoef Tappi' Kecil
Pada Kondisi yang harus di hadapi pada saat itu, di mana waktu Mendekati hari-hari eksekusi, seorang pengawal datang dan menanyakan apakah kalian sudah siap menghadapi eksekusi, Apabila mereka tidak mau mengubah iman Mereka Terhadap apa yang mereka Percayai. Mereka Tetap pada pendirian serta menjawab, “Meskipun badan kami masih di sini, tetapi jiwa sudah bersama KRISTUS, di atas!”. Leher Pdt. Joesoef Tappi langsung di tebas dengan samurai pada saat itu. Seorang Patriot yang sejati, Ia mati dalam mempertahankan Iman keyakinannya Sebagai bagian dari Pengikut Kristus yang sejati.
Joesoef Tappi’ sering juga di kenal dengan nama panggilan J. Tappi’ Merupakan salah satu pendeta Gereja Toraja yang mati syahid (martir) didalam masa tugasnya sebagai Seorang Hamba Kristus.
Dia dilahirkan pada tahun 1903 di Bonggakaradeng sebuah Desa Kecil, ia pernah berjumpa dengan A.A.
Van de Loosdrecht seorang misionaris pertama yang datang ke Toraja untuk mengunjungi
sekolah pada Agustus 1915. Tentu hal itu menjadi inspirasi positif dalam
pelayanan selanjutnya yang ia geluti Semasa Pelayanannya.
Di Semba, Buakayu, Kabupaten Tana Toraja Tempatnya, Indischekerk melakukan pembangunan sebuah sekolah yang kemudian diserahkan kepada Zending Gereformeerde Zendingsbond disingkat (GZB) dari Belanda untuk dikelolah. Di sekolah itu Joesoef Tappi’ belajar. Nama Ayah dari Joesoef adalah Ne’ Mane’, Merupakan tokoh di daerahnya, Juga errupakan Pemimpinan Spiritual dari Agama Leluhur di Toraja, yang sering di sebut To minaa. yang pertama kali mengantarkan Yoesoef untuk mengikuti Pendidikan adalah ayahnya sendiri dan ayahnya mendukung seorang Joesoef kecil untuk mengikuti Pendidikan di GZB, sebagai bukti dan juga menjadi panutan bagi banyak orang tua mendukung pendidikan dan perubahan buat anak-anaknya.
Di Semba, Buakayu, Kabupaten Tana Toraja Tempatnya, Indischekerk melakukan pembangunan sebuah sekolah yang kemudian diserahkan kepada Zending Gereformeerde Zendingsbond disingkat (GZB) dari Belanda untuk dikelolah. Di sekolah itu Joesoef Tappi’ belajar. Nama Ayah dari Joesoef adalah Ne’ Mane’, Merupakan tokoh di daerahnya, Juga errupakan Pemimpinan Spiritual dari Agama Leluhur di Toraja, yang sering di sebut To minaa. yang pertama kali mengantarkan Yoesoef untuk mengikuti Pendidikan adalah ayahnya sendiri dan ayahnya mendukung seorang Joesoef kecil untuk mengikuti Pendidikan di GZB, sebagai bukti dan juga menjadi panutan bagi banyak orang tua mendukung pendidikan dan perubahan buat anak-anaknya.
Joesoef Tappi’ mempunyai peranan dalam sejarah Pekabaran Injil di Tanah Toraja, Ia Juga dikenal sebagai Guru Injil dan dia Juga Guru Jemaat di GZB yang berkebangsaan Indonesia, banyak berkecimpung dalam pekerja di medan pekabaran injil GZB.
Ia adalah seorang ahli bahasa To minaa, karena menguasai bahasa sastra tinggi dalam bahasa Toraja pada saat itu.
Pada Tahun1923 Joesoef di angkat menjadi Guru, Semula ia ditempatkan di Simbuang, di Sebuah Desa pedalaman Tanah Toraja, sebelum dia dipindah ke daerah Semba, tempatnya mendapat pendidikan
pertama. Dari Semba, ia pindah ke Rembon, Kasimpo.
Joesoef Tappi’ diangkat menjadi guru Injil pada 1928. Sebagai anak seorang pemimpin spiritual, sejak kecil ia sudah memahami adat dan budaya Toraja. Sejak kecil pula ia dikenal baik oleh zending. Hal itulah yang mungkin menjadi alasan kuat bagi GZB untuk mengangkatnya menjadi guru Injil yang ditempatkan di Pantilang, daerah yang amat bergumul soal adat dan budaya dalam kaitan dengan iman Kristen.
Pada 1930, atas permintaannya sendiri, ia dipindahkan ke Rembon. Kemampuannya sebagai seorang yang banyak memahami adat dan budaya Toraja, sangat membantu ketika diangkat menjadi sekretaris (notulensi) dalam bahasa Toraja, pada berbagai pertemuan membicarakan mengenai aluk, adat, dan Injil tepatnya di tanggal 5-6 September 1928 di desa Angin-angin diikuti oleh para zending serta tokoh-tokoh adat Toraja yang lain waktu saat itu.
Joesoef Tappi’ diangkat menjadi guru Injil pada 1928. Sebagai anak seorang pemimpin spiritual, sejak kecil ia sudah memahami adat dan budaya Toraja. Sejak kecil pula ia dikenal baik oleh zending. Hal itulah yang mungkin menjadi alasan kuat bagi GZB untuk mengangkatnya menjadi guru Injil yang ditempatkan di Pantilang, daerah yang amat bergumul soal adat dan budaya dalam kaitan dengan iman Kristen.
Pada 1930, atas permintaannya sendiri, ia dipindahkan ke Rembon. Kemampuannya sebagai seorang yang banyak memahami adat dan budaya Toraja, sangat membantu ketika diangkat menjadi sekretaris (notulensi) dalam bahasa Toraja, pada berbagai pertemuan membicarakan mengenai aluk, adat, dan Injil tepatnya di tanggal 5-6 September 1928 di desa Angin-angin diikuti oleh para zending serta tokoh-tokoh adat Toraja yang lain waktu saat itu.
MENJADI PENDETA
Dalam situasi yang cukup sulit saat itu, di mana Pdt. D.J. Van Dijk meminta
jawaban secara tertulis mengenai kesediaannya untuk diurapi menjadi Seorang Pendeta, akan tetapi Joesoef
Tappi’ tidak segera memberi jawaban yang menunjukkan Kepastian. Seperti yang Tertuang dalam sebuah suratnya tertanggal 01
Mei 1941 Yoesoef menuliskan bahwa dia tidak mau terburu-buru untuk menerima jabatan itu,
apalagi dalam menjalankan kedua sakramen dan dalam menyebut nama Tuhan, (Tetapi
mengingat pada salib Kristus untuk dosa saya maka saya memberanikan diri berdiri di
depan jemaat. Bukan sebagai diri saya tetapi dari Tuhan yang telah datang ke dalam
dunia sebagai Raja Sambil juga mengingat kepada saya tentang apa yang berlaku bagi Paulus,
yaitu "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan".)
Berdasarkan surat jawaban pada saat itu, tepatnya tanggal 26 Oktober 1941, Joesoef
Tappi’, S.T. Lande, dan P. Sangka Palisungan, ditahbiskan menjadi pendeta di
Jemaat Rantepao oleh Pdt. D.J. Van Dijk. Pdt. Joesoef Tappi’ dan kemudian mereka ditempatkan di Resort Makale-Sangalla’.
MENGAMBIL ALIH KEPEMIMPINAN
Pada masa pendudukan tentara Jepang di Indonesia, terjadi banyak hal yang tidak terpikirkan dan beberapa hal yang terjadi di waktu itu para Zending dari Belanda
ditawan dan ditahan tentara Jepang, serangkaian denga kondisi yang terjadi di saat itu juga, untuk melanjutkan misi pelayanan dan
siar agama Kristen di wilayah Tanah Toraja, GZB menyerahkankan kepemimpinan kepada Para Pendeta Pribumi agar misi dari Pekabaran injil tetap terlaksana. Di dalam Situasi yang demikian juga pendeta-pendeta yang telah di urapi oleh Zending segera melakukan pembentuk “Koempoelan Pendeta-Pendeta” kumpulan-kumpulan Pendeta, dan Dalam kepengurusan, Pdt. S.T. Lande bertindak menjadi Ketua, Pdt. Joesoef Tappi’ Sebagai Sekretaris, Pdt. P. Sangka
Palisungan posisi Bendahara, dan dimana Pdt. J. Soemboeng serta F. Ba’siang menjadi
komisaris pada saat itu. Mereka juga segera melanjutkan semua pelayanan yang telah dikerjakan selama ini dilakukan oleh GZB di wilayah Toraja.
Dalam masa pendudukan Jepang itu, Pdt. Joesoef Tappi’ dipindahkan ke Masamba. Di daerah Masamba, Dia bersama dengan seorang Kepala Polisi yang ditugaskan di daerah itu juga, yang bernama WR Papayungan. ada juga Banne yang bertugas sebagai mantra kehutanan di daerah yang sama. Mereka memiliki kerinduan mendirikan gedung Gereja disana yang terbuat dari kayu, dan mereka mendirikan untuk bisa melakukan kegiatan peribadaan.
Dalam masa pendudukan Jepang itu, Pdt. Joesoef Tappi’ dipindahkan ke Masamba. Di daerah Masamba, Dia bersama dengan seorang Kepala Polisi yang ditugaskan di daerah itu juga, yang bernama WR Papayungan. ada juga Banne yang bertugas sebagai mantra kehutanan di daerah yang sama. Mereka memiliki kerinduan mendirikan gedung Gereja disana yang terbuat dari kayu, dan mereka mendirikan untuk bisa melakukan kegiatan peribadaan.
MATI SYAHID
Dalam sejarah pekabaran Injil di Tanah Toraja, dalam Catatan Sejarah Perkembangan Gereja di Tanah Toraja, dimana orang yang mati
syahid pertama adalah Pdt. Joesoef Tappi'. saat itu terjadi Ketika Jepang kalah oleh tentara
sekutu, maka terjadilah peristiwa yang luar biasa bagi pekabaran injil di pulau
Sulawesi. dimana Pdt. Tappi’ diambil dari rumahnya, lalu dibawa ke Kota Masamba, Kemudian ia dibawa ke tempat tahanan di sebuah Kampung yang bernama Kampung Tareo bersama-sama sekitar 40 orang
Kristen lainnya. Mereka disekap di dalam lubang perlindungan yang dibuat oleh tentara Jepang. Dalam keadaan seperti itu, mereka semua tidak pernah lupa untuk bernyanyi-nyanyi dan berdoa setiap harinya, bahkan terkadang mereka melaksanakan kebaktian rohani. Setelah Mendekati hari eksekusi, datang pengawal menanyakan apakah mereka sudah siap
menghadapi eksekusi jika tidak mau mengubah imannya. Mereka senantiasa tetap pada pendirian mereka dan mereka menjawabnya sdengan pernyataan seperti ini, “Meskipun
badan kami masih di sini- tetapi jiwa sudah bersama Kristus - di atas!.” ini suatu Sikap Keteladanan yang sangat dasyat.
Baca Juga Mengenai Kisah Inspirasi KEHIDUPAN NYATA
Kejadian Eksekusi berlangsung di suatu bukit, dimana telah di persiapkan Algojo untuk menebas tahanan satu persatu dengan samurai. ( Kepergian mereka Sangat Tragis). Mulai dari peristiwa itu, para keluarga dan anak-anak serta orang Kristen lainnya termasuk guru injil Baso’ diminta untuk mengungsi, mereka masuk ke dalam hutan karena ada informasi bahwa mereka semua akan di habisi. Namun, disuatu waktu ada pertolongan Tuhan datang. Pada suatu hari, diwaktu pagi hari petugas keamanan di bawah pimpinan Sersan S. Patioran datang menjemput para Keluarga Baso dan Keluarga Pdt. Joesoef Tappi’ atas petunjuk dan laporan seorang bekas anak asuh dari guru Injil Baso, maka Mereka dibawa ke Kota Masamba kemudian dikembalikan ke Tana Toraja.
Kejadian Eksekusi berlangsung di suatu bukit, dimana telah di persiapkan Algojo untuk menebas tahanan satu persatu dengan samurai. ( Kepergian mereka Sangat Tragis). Mulai dari peristiwa itu, para keluarga dan anak-anak serta orang Kristen lainnya termasuk guru injil Baso’ diminta untuk mengungsi, mereka masuk ke dalam hutan karena ada informasi bahwa mereka semua akan di habisi. Namun, disuatu waktu ada pertolongan Tuhan datang. Pada suatu hari, diwaktu pagi hari petugas keamanan di bawah pimpinan Sersan S. Patioran datang menjemput para Keluarga Baso dan Keluarga Pdt. Joesoef Tappi’ atas petunjuk dan laporan seorang bekas anak asuh dari guru Injil Baso, maka Mereka dibawa ke Kota Masamba kemudian dikembalikan ke Tana Toraja.
Pdt. Joesoef Tappi' terbunuh pada bulan Januari 1946 di desa Mariri,
Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Dia tercatat sebagai Seorang pendeta
Toraja pertama yang telah mati Syahid. dimana Jenazahnya dikenali dari cincin nikah yang
dipakainya. Jenazah kemudian diambil oleh keluarga dari desa Buakayu, lalu kemudian
dikuburkan di Sawa, Buakayu, di kampung tempat kelahirannya.
Yang lebih meyakinkan lagi pada saat itu adalah dengan cari uji darah khas Toraja. Saudaranya yang datang menjemput tulang belulangnya, lalu kemudian meneteskan darahnya ke tulang itu, dimana darahnya bereaksi dengan tulang tersebut. Ternyata begitulah caran masyarakat Toraja zaman dahulu untuk mengetes DNA seseorang (keluarga dari yang bersangkutan).
Yang lebih meyakinkan lagi pada saat itu adalah dengan cari uji darah khas Toraja. Saudaranya yang datang menjemput tulang belulangnya, lalu kemudian meneteskan darahnya ke tulang itu, dimana darahnya bereaksi dengan tulang tersebut. Ternyata begitulah caran masyarakat Toraja zaman dahulu untuk mengetes DNA seseorang (keluarga dari yang bersangkutan).
MENJADI INSPIRASI
Dalam Hal inilah Pdt. Joesoef Tappi' layak menjadi inspirasi bagi Orang-orang Toraja, karena telah Banyak mengajarkan arti dari pada Pengorbaan yang sesungguhnya. Dalam kondisi apapun, meskipun
nyawa menjadi taruhannya, Joesoef Tappi' tetap Teguh pada Pendiriannya dan Begitu juga terhadap Iman keyakinannya. Dia telah mengajarkan arti sebuah dari Pengorbanan yang Tulus Mengenai Betapa Berartinya Memiliki Tuhan Yang Hidup (Kristus Yesus). Seorang yang tidak pernah takut
terhadap situasi yang dihadapinya demi mempertahankan keyakinanNya mereka tetap Pada Kebenaran yang Sejati Hingga Akhir Hidupnya.
Bagaimana dengan Anda.....???
Bagaimana dengan Anda.....???
Sumber data : Didapat dari beberapa sumber dan Buku Menjawab Panggilan oleh (A.J Anggui Dkk)
Jangan
Pernah Berhenti Untuk Belajar…
Tetaplah
bersama membangun sesame dan saling mengingatkan…
Jika
Anda Merasa terbebani…. Teruslah Berbagi dengan membagikan Cerita ini Ke Semua
sahabat anda….
Share
dan Klik Link situsnya…..
Comments
Post a Comment